Terima kasih atas saran, kritik serta pujiannya
Secara tidak langsung ada teman berpesan, "be nice and be yourself".
Jawabannya, akan di usahakan tapi tidak janji.
Menjadi sesuatu yang baik itu memang bagus. Seperti kata kang Ebet Kadarusman, "memang baik menjadi orang penting tapi jauh lebih penting menjadi orang baik". Bicara sesuatu yang baik apalagi menyenangkan, tentunya saya setuju.
Berikutnya adalah menjadi diri sendiri, hmm... ini agak sedikit merepotkan nih.
Dengan pertimbangan manusia adalah makhluk sosial, dari dulu sampai sekarang saya masih tetap saja bingung mendefinisikan menjadi diri sendiri.
Dengan pertimbangan manusia adalah makhluk sosial, dari dulu sampai sekarang saya masih tetap saja bingung mendefinisikan menjadi diri sendiri.
Ketika mengerjakan postingan, saya seringkali terispirasi oleh seorang bernama kang Ibing. Hal menarik dari seorang kang Ibing adalah kebiasaan ngelanturnya. Urusan ngelantur kang Ibing is the best-lah. Bagi saya, kang Ibing adalah seorang inspirator.
Di suatu kesempatan, kang Ibing ditanya soal si Oni SOS yang prilakunya meniru gaya dirinya. Kang Ibing menjawab, "tidak apa-apa meniru, saya juga menikah karena meniru bapak saya yang dulu pernah menikah". Maaf seandainya anda jadi bingung, karena saya sendiri bingung.
Hal yang saya pahami, menjadi diri sendiri itu bukan berarti tidak boleh mempunyai seorang inspirator, seorang idola atau seorang panutan. Yahh... cuma itu saja.

[ Ohh... ] Ada tawaran jadi asisten di blog tetangga, mau apa tidak?
[ Hmm... terima kasih, tidak ] Tuhh...!! katanya tidak mau.
Kenang-Kenangan di Malam Jum'at
Siaran kang Ibing di radio Mara Bandung
Dulu itu, di malam jum'at sekitar jam delapan malam. Radio di ruang kamar tidur mulai dinyalakan. Duduk manis di depan meja belajar dengan satu mug kopi hitam serta satu batang... pensil di tangan dan selanjutnya pensil tersebut di gigit-gigit saja (ragu-ragu nih mau nulis rokok, takut ibu guru marah).
Tidak lama berselang terdengar suara kang Ibing di radio, "selamat malam, malam-malam kita selamatkan", kira-kira seperti itu-lah salam jumpa siaran kang Ibing di radio Mara Bandung. Kemudian mengalun sebuah lagu dengan judul Natalie atau Natambang ahh... bebas-lah, lagu ini di bawakan oleh Julio Iglesias. Berakhir lagu Natalie di perdengarkan, kang Ibing pun mulai bersenandung," izinkan aku permak....". Sebuah lagu pelesetan dari lagu berjudul Pamit yang dibawakan oleh Broery Marantika, sepintas lagu ini mengingatkan kita pada lagu lain yaitu lagu Bajing Luncat. Dan akan jadi menarik ketika menyimak lagu Natalie, karena lagu ini akan mengingatkan anda pada lagu lainnya juga.
Telepon di studio radio mulai berdering, kang Ibing mulai menyapa pemirsanya yang ada di ujung telepon. Satu kali, dua kali, tiga kali telepon berdering dan pada akhirnya, jika iseng-iseng dihitung jumlah telepon yang masuk dari pemirsa ternyata lumayan banyak. Terlebih pemirsa yang doyan sms-an ikut di hitung , tentu jumlahnya akan lebih banyak lagi. Pemirsa radio Mara siaran kang Ibing tidak hanya dari kota Bandung dan sekitarnya. Dari luar negeri semisal dari Australia juga ada. Pemirsa yang berada di luar negeri mendengarkan siaran radio Mara melalui streaming di internet dan tidak jarang pemirsa tersebut, ikut berpartisipasi menelepon radio Mara yang katanya hitung-hitung melepas rindu pada kampung halaman atau cuma sekedar numpang beken saja ahh... entahlah.
Pemirsa siaran kang Ibing itu beragam dengan masing-masing keinginan. Ada yang sekedar say hey kemudian minta di putarkan lagu. Ada yang minta kang Ibing mendongeng seperti dongeng den Tarman, tukang celup, kapekprek curuk, suami-suami pada ketakutan sama istri dan banyak lagi dongeng-dongeng yang lainnya. Bahkan ada juga yang bertanya PR pelajaran bahasa sunda anaknya atau bertanya jadwal ceramah, toponimi kota Bandung, seputar Persib, seputar domba Garut dan seterusnya.
Acara siaran kang Ibing di mulai dari jam delapan malam sampai dengan jam sepuluh atau sebelas malam. Format siaran berupa canda dan tawa di malam jum'at yang di bungkus dalam kemasan kebudayaan sunda. Acaranya memang jauh dari kata serius tapi, bukan berarti tidak penting. Tidak jarang kang Ibing mengundang tamu yang di anggap berkompeten pada saat membahas masalah-masalah tertentu seperti dunia pendidikan, keamanan lingkungan, kebudayaan sunda dan lain-lain. Biasanya, tamu tersebut di undang atas dasar permintaan pemirsa yang mempunyai keinginan bermacam-macam itu.
Kurang lebih seperti itulah siaran kang Ibing di radio Mara Bandung. Sekali lagi, format siaran kang Ibing di radio Mara bukan format siaran serius seperti halnya siarannya orang-orang berdasi yang setiap kali membuat pernyataan selalu setinggi bintang di langit dengan realisasi rata-rata bohong melulu. Acara siaran kang Ibing adalah canda dan tawa. Isi siaran tidak hanya sekedar tertawa cekikikan atau menebak-nebak apakah bubur haji Oyo tumpah dijalan atau tidak, pastinya lebih dari itu. Selang diantara canda dan tawa, kang Ibing sering berpesan atau memberi wejangan untuk generasi muda di antaranya :
- Baik-buruk Indonesia adalah negara kita;
- Lamun lain urang sunda, saha deui anu arek ngamumule budaya sunda.
Sementara untuk generasi tua, kang Ibing juga biasa memberi pesan dalam bentuk pribahasa, "gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang".
Satu yang pasti; gara-gara kang Ibing siaran di radio Mara Bandung, sedikit-sedikit saya mulai menyukai kebudayaan sunda semisal kesenian kacapi suling.
Satu yang pasti; gara-gara kang Ibing siaran di radio Mara Bandung, sedikit-sedikit saya mulai menyukai kebudayaan sunda semisal kesenian kacapi suling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar