Sugali anggap petasan
Tiada rasa ketakutan punya ilmu kebal senapan
Sugali makin keranjingan
(Cuplikan lirik lagu Sugali oleh Iwan Fals di album Sugali 1984)
Istilah suara senapan, beda negara beda bunyinya. Dor, bunyi senapan di Indonesia. Dur, bunyi senapan di Belanda. Bang, bunyi suara senapan di Amerika.
Ini adalah sebuah cerita tentang suara senapan. Konon, dulu waktu penjajahan Belanda ada serombongan bersenjata sedang berpatroli. Rombongan ini di pimpin oleh orang Belanda sementara anak buahnya adalah orang pribumi. Karena kelelahan dan kehausan, ketika melewati sebuah pohon kelapa orang Belanda berteriak "dur with gun" (tembak pakai bedil) sambil menujuk-nunjuk buah kelapa. Singkat cerita, orang pribumi yang ikut patroli ngobrol sama temannya (yang tidak ikut patroli). Eh... kamu tau tidak, orang Belanda bilang kelapa muda itu apa? duwegan!.

[ Sumpah! ] sumpah, berani... dapat jodoh
[ Ah, kalau dapat jodoh saya juga ma...u ]
Setidaknya, baru itu yang saya tau tentang sejarah nama duwegan. Duwegan asal dari kata "dur with gun".
Ada cerita lain yang satu model dengan cerita diatas, cerita ini berkaitan dengan nama Lampegan.
Di jalur lintasan kereta api Sukabumi-Cianjur, terdapat sebuah terowongan yang terletak di Bukit Kancana (ada juga yang menyebutkan Gunung Keneng). Terowongan kereta api ini adalah yang pertama kali dibuat di wilayah Priangan dengan panjang 415 meter.
Van Beckman adalah seorang pimpro yang ditugaskan untuk mengawasi proyek pengerjaan terowongan. Setiap kali masuk terowongan untuk memeriksa kemajuan pekerjaan, Van Backman selalu mengatakan "Lamp Pegang" (pegang lampu). Dari kebiasan Van Beckman tersebut, penduduk setempat mengistilahkan terowongan ini dengan nama Lampegan.
Nah... cerita lainnya berkaitan dengan salah ucap (kosleting) adalah istilah nama Garut. Ada perbedaan, cerita nama Garut dengan dua cerita diatas. Kalau cerita sebelumnya yang koslet adalah orang pribumi, cerita nama Garut yang koslet adalah orang Belanda.
Ada tiga orang Belanda utusan Letnan Gubernur Raffles dari Batavia datang ke kabupaten Limbangan. Utusan tersebut membawa surat untuk bupati Limbangan yang bernama Adipati Adiwijaya. Dalam suratnya, Raffles menginginkan kota kabupaten Limbangan pindah ke daerah lain dengan harapan wilayah Priangan semakin berkembang. Setelah dilakukan rapat koordinasi antara tiga utusan dari Batavia dengan pihak kabupaten Limbangan, akhirnya diputuskan pencarian daerah kota kabupaten baru menuju arah selatan.
Awalnya, kampung Cumuruh yang letaknya di sebelah timur perkampungan Suci di tetapkan sebagai pengganti kota kabupaten Limbangan. Setelah di jadikan kota kabupaten untuk beberapa lama, muncul masalah berkaitan dengan ketersediaan air bersih. Mungkin pada saat itu para petinggi kabupaten limbangan belum berpikir untuk membuat PDAM, sehingga pencarian kota kabupaten baru pun dilakukan lagi.
Setelah beberapa hari mencari, akhirnya di temukan tempat baru yang dianggap cocok untuk dijadikan kota kabupaten. Tempat baru tersebut lokasinya di antara lembah gunung Cikuray, Galunggung, Guntur, Papandayan, Karacak dan di lewati sungai Cimanuk. Di tempat baru ini juga ditemukan sumber mata air. Sumber mata air ini berupa kubangan yang dipenuhi rumput-rumput liar berduri. Untuk bisa digunakan, tentunya rumput-rumput liar berduri tersebut harus disingkirkan. Pada saat kegiatan membabat rumput-rumput liar berduri, terjadi percakapan antara orang pribumi (OP) dengan orang Belanda (OB);
OB: kenapa tangan yey berdarah?
OP: kakaut cucuk mister
OB: oh... kagarut yah
OP: bukan kagarut, kakaut
OB: yah... maksud ai juga begitu, kagarut
OP: eh... kagarut lagi kagarut lagi, ka...ka...ut!
OB: yey jangan marah ai tidak bisa bilang kakaut
OP: itu bisa!
OB: barusan ai lupa
Dari kejadian percakapan tersebut, akhirnya kubangan mata air dinamakan cigarut. Dan setelah resmi dijadikan kota kabupaten, Adipati Adiwijaya memberi nama kota baru dengan nama kota kabupaten Garut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar