Ber-war-na, hmm..saya suka kata ini. Menurut saya, berwarna identik dengan kebebasan. Tapi tidak jika di balik, kebebasan tidak identik dengan berwarna. Yahh.. ini hanya imajinasi saya saja, iseng-iseng menggambarkan sebuah kata.
Ini pandangan saya, musik adalah gabungan antara berwarna dan kebebasan. Sekali lagi, ini hanya imajinasi saya saja. Benar atau salah bukan suatu hal penting.
Ini pandangan saya, musik adalah gabungan antara berwarna dan kebebasan. Sekali lagi, ini hanya imajinasi saya saja. Benar atau salah bukan suatu hal penting.
Bicara musik, saya sebetulnya tidak tahu banyak hal tentang musik dan bukan juga seorang seniman musik. Laluu.., siapakah saya?. Hehe.. perkenalkan!!, saya adalah satu diantara sekian banyak korban musik. Gara-gara musik, saya jadi seorang pecandu lagu.
Sebagai seorang pecandu lagu, saya mengenal banyak warna musik seperti warna musik tradisional, klasik, pop, rock, jazz, blues dan seterusnya. Dan sebagai seorang pecandu lagu, saya sering mendengar gosip yang mengatakan bahwa spirit musik itu adalah kebebasan. Dan oleh karena spirit musik adalah kebebasan maka, postingan kali ini saya akan mencoba membahas apa itu musik.
Sebagai seorang pecandu lagu, saya mengenal banyak warna musik seperti warna musik tradisional, klasik, pop, rock, jazz, blues dan seterusnya. Dan sebagai seorang pecandu lagu, saya sering mendengar gosip yang mengatakan bahwa spirit musik itu adalah kebebasan. Dan oleh karena spirit musik adalah kebebasan maka, postingan kali ini saya akan mencoba membahas apa itu musik.

[ Yahh... jelas dong.] Masalahnya apa?
[ Tidak tahu banyak musik, bicara musik.] Ahh.. so what gitu loh
Konon katanya, musik mempunyai definisi yang beragam. Faktor budaya, sejarah, tempat dan juga selera individu adalah alasan kenapa musik memiliki definisi beragam. Dengan kata lain, saya atau anda atau siapa pun sah-sah saja menyatakan pendapat tentang musik. Semisal, saya bertanya kepada seorang buruh tani, "mang.. menurut ente musik itu apa?". Katanya buruh tani, "musik itu, hmm.. goyang den. Musik kalau tidak goyang, tidak asik". Lain pendapat ketika saya bertanya kepada seorang yang sudah berumur tua, "maaf bah.. mengganggu sebentar. Mau tanya eeu.. menurut abah, musik itu apa?". Jawaban si abah, "musik itu sesuatu yang merdu dan syahdu, tidak gombrang-gambreng seperti model sekarang".
Nahh.. itu tadi pendapat dari salah seorang buruh tani dan seorang abah yang berusia tua. Sekarang, menurut anda musik itu apa?. (jawab dalam hati saja)
Nahh.. itu tadi pendapat dari salah seorang buruh tani dan seorang abah yang berusia tua. Sekarang, menurut anda musik itu apa?. (jawab dalam hati saja)
Prinsipnya, kita memang mempunyai kebebasan menyatakan pendapat tentang musik. Persoalanya, apakah ada atau tidak yang peduli dengan pendapat kita. Sekarang dan di kesempatan kali ini, saya lebih suka untuk memperhatikan pendapat seorang Aristoteles dari pada pendapat seorang buruh tani atau seorang abah yang berusia tua atau mungkin juga pendapat anda. Yahh.. setidaknya tidak sekarang, mungkin di lain waktu saja.
Menurut Aristoteles, musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Menurut Aristoteles, musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Mendamaikan Hati yang Gundah
Mendamaikan hati, hmm.. apa mungkin hati sedang berperang, sehingga perlu di damaikan. Ahh.. bukan, bukan karena perang. Saya pikir ini karena perselisihan saja, perselisihan antara 'keinginan hati' dengan 'kenyataan yang terjadi' sehingga hati berkecamuk, bergejolak, rusuh atau apa pun lahh.. yang jelas hati sedang tidak tenteram.
Sementara bicara hati yang gundah, saya rasa ini adalah urusan cinta. Namun, apakah hati gundah selalu karena cinta?, eeu.. saya kira tidak juga. Ada banyak hal kenapa hati jadi gundah, mulai dari sesuatu hal yang bisa dianggap wajar sampai dengan tidak wajar. Wajar-wajar saja ketika seseorang naik pesawat terbang lalu hatinya jadi gundah dengan alasan cemas karena takut jatuh. Yahh.. namanya juga manusia, karena rasa takut hati jadi gundah. Dan dikategorikan tidak wajar, hmm.. kira-kira apa yahh..?. Apa mungkin gara-gara tetangga beli mobil baru?, kemudian hati jadi gundah, sampai-sampai tidak bisa tidur dengan alasan panas hati. Heuheu.. ada-ada saja yahh...
Dengan kata lain, pernyataan musik mendamaikan hati yang gundah sepertinya memiliki makna khusus yahh.. khusus, hanya untuk ha-hal tertentu saja yang dirasa cocok.
Disaat hati gundah karena kasmaran, sepertinya cocok sekali musik di jadikan sarana untuk mendamaikan hati. Namun, ketika hati yang gundah karena alasan takut harus berhadapan dengan seekor atau lebih anjing galak wahh.. musik tidak mungkin di jadikan sarana mendamaikan hati, sangat tidak cocok sekali. Tidak.. tidak mecing!!
Terapi Rekreatif
Terus terang lahh.. saya mah tidak tahu terlebih paham dengan istilah kata 'rekreatif'. Jadi maaf saja, dengan gaya sok' tau saya katakan, "jika anda merasa jenuh karena alasan rutinitas atau pikiran beku alasan buntu cari ide, coba dehh.. dengarkan musik atau bermain musik. Karena musik bisa menghibur anda di kala rasa jenuh melanda dan siapa tahu, pikiran beku yang anda derita bisa mencair.. insya Allah".
Kata-katanya mirip iklan obat saja yahh...
Kata-katanya mirip iklan obat saja yahh...
Menumbuhkan Jiwa Patriotisme
Sepertinya untuk peryataan ini, saya tidak perlu banyak berkomentar. Saya yakin anda sudah pada tahu makna dari pernyataan ini. Terlebih bagi anda yang pernah datang langsung ke Gelora Bung Karno untuk menyaksikan kesebelasan sepak bola nasional Indonesia bertanding. Tentunya, ketika mendengar nyanyian.....
Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku. Ku yakin.. anda pasti tahu kelanjutan lagu ini, termasuk bagai mana rasanya semangat patriotisme berkobar-kobar di dalam dada.
Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku. Ku yakin.. anda pasti tahu kelanjutan lagu ini, termasuk bagai mana rasanya semangat patriotisme berkobar-kobar di dalam dada.
Begitulah kira-kira pemahaman saya mengenai pandangan Aristoteles tentang musik dan sekali lagi, benar atau salah bukan suatu hal penting.
Sebagai seorang pecandu lagu, umumnya saya menyikapi musik sebagai sarana untuk menghibur diri dan kadang-kadang berfantasi juga. Ikut-ikutan bermain musik seolah-olah jadi seorang musisi merangkap vokalis.
Selebihnya yahh.. paling-paling menghilangkan rasa jenuh atau menghilangkan rasa suntuk ketika harus mengerjakan tugas postingan.
Selebihnya yahh.. paling-paling menghilangkan rasa jenuh atau menghilangkan rasa suntuk ketika harus mengerjakan tugas postingan.
Sebagai seorang pecandu lagu, kadang-kadang saya merasakan ada yang aneh dengan musik. Ketika hati sedang gundah karena alasan kabengbat oleh perempuan, musik ternyata lebih bisa di nikmati dari pada disaat hati sedang normal.
Atau... mungkin kebalikannya, bukannya musik yang aneh melainkan saya yang aneh karena kabengbat oleh perempuan. Ahh.. entahlah.
--ooOoo--
Sejujurnya, tidak pernah ada niat sedikit pun untuk membuat repot hati perempuan atau membuat hatinya jadi tidak tenteram. Seandainya kenyataannya memang seperti itu yahh.. mungkin, karena saya tidak pandai merayu.
Hmm.. kumaha atuh...
tell me what you see
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar